Perjuangan Umma Menyapih Anak Kelima
Umma bertekad menyapih anak di usia 2 tahun dan waktu itu pun datang untuk anak kelima. Sebelum disapih, setiap hari sebulan sebelum Umma menyapihnya, Umma selalu sounding tentang niat Umma. Sampai tibalah waktu itu. Meskipun belum siap tapi ini untuk kebaikan umma dan si bayi.
Hari-hari pertama terasa berat. Umma mencoba mengalihkan perhatian si bayi dengan mainan, dengan makanan kesukaan, tapi tetap saja tangisan itu datang. Ada momen ketika hati Umma goyah, ingin menyerah dan berkata, “Sudahlah, nanti saja.” Tapi kemudian Umma teringat bahwa menyapih bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan baru.
“Ini bukan sekadar berhenti menyusui,” katanya dalam hati. “Ini latihan bagi anakku untuk tumbuh, dan latihan bagiku untuk ikhlas.”
Meski sudah lima kali menjalani proses ini, Umma belajar bahwa setiap menyapih adalah perjuangan dari nol. Setiap anak punya reaksi yang berbeda, dan setiap ibu selalu dihadapkan pada rasa tidak siap.
Namun Umma yakin, menyerah bukan pilihan. Ini adalah bagian dari cinta dan tanggung jawab yang Allah Subhanahu wa Ta‘ala titipkan padanya. Masya Allah sebuah pengalaman tidak terlupakan sepanjang waktu. Lalu sebenarnya apa sih menyapih itu? Kenapa dilanjurkan, apa tios menyapih tanpa drama? Yuk kita bahas berdasarkan pengalaman Umma!
Pengertian Menyapih
Secara sederhana, menyapih adalah proses berhentinya seorang anak dari menyusu kepada ibunya, baik dilakukan secara bertaahap maupun sekaligus, ketika anak telah siap untuk beralih sepenuhnya ke makanan padat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bayi sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama, kemudian dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) hingga usia dua tahun atau lebih.
Artinya, waktu ideal untuk menyapih adalah setelah anak berusia dua tahun, ketika kebutuhan nutrisinya sudah dapat dipenuhi dari makanan dan minuman lain. Namun, waktu menyapih bisa bervariasi sesuai dengan kondisi ibu dan anak.
Pandangan Islam Tentang Menyapih
Islam mengatur dengan penuh kasih soal masa menyusui dan menyapih. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah: 233)
Ayat ini menunjukkan bahwa masa menyusui yang sempurna adalah dua tahun penuh, dan setelah itu, menyapih boleh dilakukan dengan kerelaan dan kesepakatan kedua orang tua.
Artinya, keputusan untuk menyapih bukan sekadar keinginan ibu, tetapi hasil pertimbangan bersama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga dikenal sebagai sosok yang sangat lembut terhadap anak-anak, mengajarkan bahwa kasih sayang harus selalu mendasari setiap tindakan.
Menyapih sesuai sunnah berarti dilakukan dengan kelembutan, tanpa memaksa, dan dengan penuh kasih. Tidak boleh ada unsur menyakiti, baik fisik maupun perasaan anak.
Tanda-Tanda Anak Siap Disapih
Sebelum menyapih, penting bagi kita ummahat untuk memastikan bahwa anak sudah siap, baik secara fisik maupun emosional. Berikut tanda-tandanya:
Anak sudah makan dengan baik.
Ia mampu mengunyah dan menelan makanan padat dengan lancar.
Anak bisa minum dari gelas atau sedotan.
Tanda bahwa koordinasi motoriknya sudah matang.
Mulai bisa tidur tanpa menyusu.
Anak mulai terbiasa dengan rutinitas tidur baru, seperti dipeluk atau dibacakan doa.
Lebih tertarik bermain daripada menyusu.
Menunjukkan kemandirian emosional yang mulai berkembang.
Mampu beradaptasi dengan rutinitas baru.
Seperti makan tiga kali sehari, ngemil, dan tidur teratur.
Jika sebagian besar tanda ini sudah terlihat, maka anak kemungkinan siap menjalani proses menyapih secara bertahap. Ayo semangat!
Menyapih Sesuai Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Dalam Islam, setiap langkah pengasuhan termasuk menyapih adalah bagian dari ibadah, sehingga harus dilakukan dengan cara yang baik dan penuh hikmah.
1. Niat yang Lurus
Awali dengan niat karena Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Menyapih bukan untuk melepaskan diri dari kewajiban, melainkan bagian dari ikhtiar mendidik anak agar tumbuh sehat dan mandiri.
2. Musyawarah dengan Suami
Sebagaimana perintah dalam Al-Baqarah ayat 233, menyapih hendaknya berdasarkan kesepakatan kedua orang tua. Peran suami penting sebagai pendamping dan pemberi semangat, terutama saat anak sulit beradaptasi.
3. Lakukan dengan Lembut
Teladan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kelembutan. Jangan gunakan cara kasar seperti mengolesi puting dengan bahan pahit atau menakut-nakuti anak. Gunakan pendekatan penuh kasih:
- Peluk anak saat ia mencari kenyamanan.
- Ajak bermain agar perhatian teralihkan.
- Katakan dengan lembut bahwa ia sudah besar dan tidak perlu menyusu lagi.
4. Tidak Memaksa
Apabila anak tampak belum siap, jangan dipaksa. Menyapih sesuai sunnah tidak boleh menyakiti, baik secara fisik maupun batin.
5. Tetap Beri Kasih Sayang
Meskipun tidak lagi menyusu, anak tetap membutuhkan kasih sayang yang sama. Peluk, cium, dan bicaralah lembut agar ia merasa aman dan dicintai.
Tips Menyapih Tanpa Drama
Banyak para ummahat khawatir menyapih akan penuh tangisan. Padahal, jika dilakukan dengan pendekatan yang tepat, proses ini bisa berjalan dengan tenang dan penuh cinta lho. Umma pribadi belajar dari proses menyapih dan ini bukan suatu yang instan.
1. Kurangi Bertahap
Mulailah dengan mengurangi satu sesi menyusui setiap beberapa hari. Biarkan tubuh anak dan tubuh ibu menyesuaikan diri secara alami.
2. Alihkan dengan Aktivitas Menyenangkan
Ketika anak ingin menyusu, ajak ia bermain, membaca buku, berjalan di taman, atau membantu ibu di dapur. Aktivitas positif dapat mengalihkan keinginan menyusu dengan cara yang menyenangkan.
3. Ubah Rutinitas Sebelum Tidur
Kebanyakan anak menyusu untuk tidur. Gantikan dengan rutinitas baru:
- Membacakan doa atau kisah Nabi.
- Memeluk sambil membaca doa.
- Menepuk punggung hingga tertidur.
4. Tetap Tenang Saat Anak Rewel
Reaksi kita sebagai ibu sangat memengaruhi anak. Jika ibu tenang, anak lebih mudah menyesuaikan diri. Katakan dengan lembut, “Sekarang kita tidak menyusu lagi ya, Nak. Ibu peluk saja, yuk.” Atau kalimat lain yang jauh lebih meningkatkan imun si bayi.
5. Beri Pujian
Setiap kali anak berhasil tidak menyusu, berikan pujian tulus. Misalnya, “Masya Allah, kamu sudah besar dan kuat!”
Pujian membuat anak merasa dihargai dan bangga
6. Pastikan Anak Cukup Gizi
Setelah tidak menyusu, anak perlu gizi yang cukup dari makanan. Pastikan ia makan🪁 dengan teratur dan mendapatkan nutrisi seimbang.
7. Jaga Kesehatan dan Emosi Ibu
Proses menyapih bisa menimbulkan nyeri payudara dan perubahan hormon yang membuat ibu mudah sedih. Istirahat cukup, minum air banyak, dan jangan ragu meminta dukungan dari pasangan.
Kesalahan Umum Saat Menyapih dan Cara Menghindarinya
❌ Menyapih secara mendadak.
Anak bisa stres karena kehilangan rasa aman.
✅ Solusi: lakukan perlahan agar anak bisa beradaptasi.
❌ Menakut-nakuti anak.
Misalnya, mengoleskan sesuatu yang pahit atau menakut-nakuti agar berhenti menyusu.
✅ Solusi: gunakan pendekatan jujur dan lembut.
❌ Mengabaikan kebutuhan emosional anak.
Setelah disapih, anak butuh lebih banyak kasih sayang.
✅ Solusi: perbanyak pelukan dan waktu berkualitas.
❌ Tidak konsisten.
Ibu kadang luluh karena tangisan anak, lalu menyusui lagi. Ini membuat proses makin sulit.
✅ Solusi: tetap tegas dan sabar, tanpa mengurangi kasih sayang.
Menyapih dengan Cinta: Ikatan yang Tak Pernah Putus
Menyapih bukan berarti memutus cinta antara ibu dan anak. Kedekatan tidak hanya hadir lewat ASI, tetapi juga dari sentuhan, perhatian, dan kebersamaan setiap hari.
Umma mengganti momen menyusui dengan hal-hal kecil namun bermakna:
- Membacakan buku bersama sebelum tidur.
- Mengajarkan doa-doa pendek.
- Menemani bermain di halaman sambil bercerita.
Ternyata, pelukan tanpa menyusu pun bisa memberi kehangatan yang sama. Anak tetap merasa aman, dan ibu pun tetap menjadi sumber cinta yang tak tergantikan.
Perubahan Emosi Ibu Saat Menyapih
Menyapih sering kali juga menjadi ujian batin bagi ibu. Setelah berhenti menyusui, kadar hormon oksitosin dan prolaktin menurun, sehingga muncul rasa sedih, hampa, atau kehilangan.
Fenomena ini dikenal sebagai post-weaning blues atau kesedihan pasca-menyapih.
Jika kamu mengalaminya, ingatlah:
- Kamu bukan ibu yang gagal.
- Kamu telah memberi yang terbaik selama ini.
- Setiap fase baru membawa berkah dan pelajaran.
- Berbagilah cerita dengan suami atau teman sesama ummahat agar tidak merasa sendiri.
Tangisan sesekali bukan tanda lemah, tetapi bukti bahwa cinta seorang ibu begitu dalam.
Fase Setelah Menyapih: Apa yang Harus Diperhatikan
Asupan Nutrisi Anak
Pastikan makanan anak mengandung protein, lemak sehat, dan kalsium. Contohnya: ikan, telur, tempe, tahu, yoghurt, keju, sayur, dan buah.Kesehatan Payudara Ibu
Hindari memompa terlalu sering setelah berhenti menyusui agar produksi ASI menurun secara alami. Jika terasa nyeri, kompres hangat dan kenakan bra yang nyaman.Rutinitas Tidur Baru
Ciptakan kebiasaan tidur yang konsisten tanpa menyusu. Bacakan doa atau kisah Nabi agar tidur menjadi momen spiritual yang tenang.Bonding yang Lebih Kuat
Gantikan momen menyusu dengan pelukan, senyuman, dan doa. Biarkan anak merasakan cinta yang sama meski dalam bentuk berbeda.Hikmah Dibalik dari Proses Menyapih
Menyapih bukan sekadar peristiwa biologis, tetapi juga pelajaran spiritual. Bagi anak, ini adalah latihan pertama untuk menjadi mandiri. Bagi ibu, ini adalah ujian keikhlasan dan keteguhan hati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang wanita meninggal dunia sementara ia memiliki tiga anak kecil yang belum disapih, melainkan mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”
(Hadis Riwayat Ahmad)
Hadis ini menunjukkan betapa besar pahala seorang ibu yang mendidik dan membesarkan anaknya dengan penuh kesabaran dan cinta.
Doa Saat Menyapih Anak
“Allahumma habbib ilayhi ath-tha‘am, wa karrih ilayhi al-laban, wa awdih sabr wa sakinah.”
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah anakku mencintai makanan yang baik, jauhkan ia dari keinginan menyusu, serta anugerahkanlah kepadanya kesabaran dan ketenangan.”
Penutup: Menyapih Bukan Akhir, Tetapi Awal dari Kemandirian
Menyapih adalah momen yang mengajarkan kesabaran, keikhlasan, dan cinta sejati.
Bagi Umma, setiap air mata dan pelukan di tengah malam bukan tanda lemah, tetapi bukti perjuangan seorang ibu yang tak pernah menyerah.
Kita tahu, perjalanan menyapih bukan sekadar tentang anak berhenti menyusu, tetapi tentang belajar melepaskan dengan penuh kasih.
Karena cinta seorang ibu tidak diukur dari berapa lama ia menyusui, melainkan dari bagaimana ia terus menemani anaknya tumbuh — dengan doa, pelukan, dan cinta yang tidak pernah habis.
Nah itulah pengalaman Umma menyapih anak bagaimana dengan para ummahat? Jangan lupa berdoa agar dimudahkan saat menyapih. Sharing yuk di kolom komentar dan tetap semangat jangan menyerah ya! Bagikan artikel ini untuk siapa saja yang peduli akan proses menyapih seorang ummahat. Semangat berhasil ya ummahat!
Posting Komentar