Di hutan Gamaran yang rimbun, aku temukan aliran sungai jernih yang berkelok dan air terjun Nyarai yang gemuruh, mencipta simfoni alami yang menyejukkan jiwa. Di sana, di balik rerimbunan pepohonan, tersembunyi kedamaian yang membuat jiwa tenang, jauh dari hiruk-pikuk dunia.
Namun, bayang-bayang gergaji yang tak kenal henti mengancam keindahan dan keseimbangan hidup ini. Jika penebangan liar terus berlanjut, bukan hanya hutan ini yang akan hilang, tetapi juga peradaban yang bergantung pada keberadaannya. Menjaga hutan bukan hanya soal menjaga pohon, tapi juga melindungi ketenangan dan akar kehidupan yang menopang masa depan kita semua.
Masya Allah sungguh resah ini, Umma yakin datang dari Allah. Allah takdirkan dirinya jadi perantara agar alam tetap terjaga. Masih ingat kalimat singkat yang Uda Ritno Kurniawan kirimkan ke Umma di awal perkenalan di DM Instagram.
"Tapi yang jelas, menjaga hutan itu sama dengan menjaga peradaban, karena hutan sumber kehidupan, " tulisnya singkat.
Lama Umma terdiam memikirkan maksud dari laki-laki yang dijuluki "Transformer Pembalak Liar" ini. Jauh sekali pemikirannya jika dilihat dari sisi awam. Profesi turun temurun yang dianggap biasa. Jika ini terus berlanjut maka benarlah apa yang diresahkan oleh beliau. Sumber kehidupan ini akan hilang perlahan padahal potensi Gamaran sangat luar biasa.
2013 Perjuangan "Transformer Pembalak Liar" dan Pelopor Ekowisata Desa Ini Dimulai
Tahukah Sahabat Umma, dari data terakhir Forest Watch Indonesia (FWI) menyatakan bahwa pada tahun 2013 laju deforestasi mencapai sekitar 797 ribu hektar, dengan tren peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Artinya Hutan Gamaran sebagai salah satu hutan lindung di Indonesia dengan perilaku ilegal logging yang dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun juga menyumbang pada peningkatan deforestasi di tahun 2013.
Tahun ini juga jadi tahun bagi "Transformer Pembalak Liar" memulai perjuangannya mengubah prilaku masyarakat dan mengedukasi agar peduli kepada lingkungan. Penasaran seperti apa sih perjuangan pemuda Minang ini?
![]() |
Ritno bersama masyarakat menanam pohon di hutan Gamaran (Dokumen: Ritno Kurniawan) |
Ritno Kurniawan, Transformer Pembalak Liar dan Pelopor Ekowisata Desa
Namanya Ritno Kurniawan, sociopreneur; kelahiran Bukittinggi yang merupakan alumni dari Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Setelah tamat kuliah pada tahun 2012, Ritno kemudian pulang ke kampung halaman dan memilih mengabdikan dirinya di dunia pariwisata. Tempat pertama yang ditakdirkan untuknya adalah hutan gamaran.
Sebagai orang yang menyukai travelling, alam dan fotografi ia mengaku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan hutan gamaran. Hutan gamaran sendiri adalah kawasan hutan lindung yang merupakan bagian dari Cagar Alam Bukit Barisan 1 yang berlokasi di Nagari Salibutan Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat Indonesia. Potensi wisata dari hutan gamaran sangat besar terutama dari pesona alamnya.
Hutan ini memiliki luas 2800 hektar. Di hutan ini terdapat surga tersembunyi yaitu Air Terjun Nyarai yang begitu indah dan keanekaragaman flora dan faunanya. Begitu juga alam dan aliran sungainya menggoda adrenalin para pecinta6 rafting untuk mencobanya. Tapi dibalik keindahannya ada "Pekerjaan Rumah" yang harus dibenahi agar Gamaran tetap terjaga keindahannya sampai kapanpun.
![]() |
"Hutan sumber kehidupan.. Menjaga hutan sama dengan menjaga peradaban" sebut Ritno dalam berbagai kesempatan |
3 Alasan Ritno Inisiasi Hutan Gamaran Jadi Desa Wisata
Dia menyebutkan ada tiga alasan kenapa dia tertarik untuk mengembangkan ekowisata di hutan gamaran yang kini dikenal dengan Desa Wisata Nyarai. Satu ketergantungan masyarakat kepada kayu di hutan. Kedua sering terjadi bencana dan ketiga prilaku masyarakat yang lebih memilih hidup di zona aman.
Ketergantungan Masyarakat Kepada Kayu di Hutan
Seperti kita ketahui bahwa ilegal logging adalah kegiatan penebangan, pengangkutan, penjualan, atau pemrosesan kayu yang melanggar hukum dan peraturan yang berlaku.
"Memang dulunya itu bukan merupakan tempat wisata jadi memang tidak ada tempat wisata di sini. Dulunya itu masyarakat di sini mata pencaharian utama itu adalah logging yaitu mencari kayu di hutan di mana itu sudah menjadi pendapatan utama mereka. Jadi kalau mereka tuh berfilosofi kalau seandainya orang di laut mencari ikan maka kami di hutan mencari kayu itu sudah filosofi turun temurun bagi masyarakat di Padang Pariaman Nagari Salibutan Lubuk Alung ini, " jelas Ketua Pokdarwis Nyarai.
![]() |
Salah satu pemandangan akibat deforestasi yang bisa berdampak pada lingkungan |
Kerusakan Lingkungan
"Yang kedua di sini sering terjadi bencana seperti banjir bandang, air bah dan itu terus memakan korban materil terutama persawahan warga. Berarti kalau seandainya ada aktivitas seperti ini yang terus memunculkannya semacam kebencanaan di masyarakat ada dampaknya seperti sawahnya habis. Berarti ada aktivitas warga di atas yang merusak lingkungan yang berdampak kepada lingkungan itu sendiri, " jelasnya yang mengaku dari awal lulus kuliah sudah tertarik membangun desa wisata di ranah Minang.
Prilaku Masyarakat Hidup di Zona Aman
"Yang ketiga itu adalah masyarakat di sini dulunya sangat santai sekali jadi pagi itu ke hutan cari kayu, sore selesai kerja, malam main gaple gitu. Jadi apa namanya kayak air mengalirlah gitu kan pagi kayak air mengalir gitu kan dan seterusnya jadi tidak ada aktivitas yang terbarukan gitu aja aktivitasnya. Nah ketika saya balik dari UGM saya coba melihat kondisi ini, " sebutnya lagi.
![]() |
Hutan Gamaran hutan yang dilindungi dan termasuk dalam Cagar Alam Bukit Barisan |
Ritno mengaku prihatin dengan kondisi yang ada apalagi potensi dari hutan gamaran sangat luat biasa tapi tidak dikelola.
"Disini kita ini agak prihatin, gitu kan agak terenyuh gitu kan kok seperti ini ya di tempat saya ini. Eh padahal potensinya luar biasa tapi tidak dikelola. Nah jadi ketika kita menginisiasi ide ini dari tiga alasan tadi. Jadi dari segi lingkungan sosial ekonomi yang saya lihat. Itulah menjadi alasan saya bergerak di kawasan ekowisata dan mengembangkan ekowisata yang ada di Nyarai Lubuk Alung ini, " jelasnya runut.
Penolakan Demi Penolakan Dilalui : 5 Tahun Penuh Kesabaran
Ritno mengaku di awal kegiatan ini dirinya mendapatkan penolakan langsung dari warga. Apalagi pekerjaan menebang kayu sudah jadi. kebiasaan masyarakat disana.
"Iya jadi dulu di sini masyarakat itu kan ketergantungan ya akan hasil kayu di hutan. Jadi sudah semacam kebiasaan atau ya udah deh mau ya habit gitu kan. Kalau mau beli beras cari kayu dulu dan ketika kita mengembangkan kegiatan ini kita langsung dapat penolakan oleh warga jadi dia tidak mau berubah dari keadaan sebelumnya menjadi yang kita inginkan untuk masa depan mereka, " kenangnya.
Tapi pada saat itu ada satu titik cerah, sambung Ritno di mana ada beberapa masyarakat yang setuju dengan tujuan mereka ini dan jumlahnya sedikit. Masyarakat inilah yang awalnya Ritno sasar pada saat itu dan Ritno berusaha menginisiasi masyarakat yang sudah mau ikut ini berapa orang.
![]() |
Keindahan Alam Mempesona (Foto: Facebook Ritno Kurniawan) |
"Kedua itu setelah kita ditolak kita coba cari jalan lain kita rapat di tim jadi kita waktu itu ada berlima dan satu orang dari masyarakat lokal akhirnya kita simpulkan bahwa kita harus menemui atau jajak pendapat bersama para mamak atau para Datuk. Kan di Minang ini kan para Datuk. Nah akhirnya kita coba menginisiasi ini dan kita datangi beberapa orang Datuk atau kita buka pikirannya kita sampaikan secara gambang dan teknis bahwa ini kalau ini bermanfaat masyarakat baru mereka sadar oh ternyata ini juga berdampak masyarakat secara positif, " jelasnya panjang.
Sampai akhirnya masyarakat sepakat mengizinkan pengelolaan desa wisata Nyarai melalui proses rapat besar dengan tiga syarat yaitu harus melibatkan masyarakat sekitar, tidak boleh berbuat maksiat dan hari Jumat tutup.
Meskipun Desa Wisata Nyarai telah resmi dibuka pada tahun April 2013 tetapi pro kontra dan berbagai konflik di masyarakat terus berjalan sampai akhirnya mereka merasakan dampak besar dari wisata ini.
"Ada sekitar 5 tahun proses meyakinkan masyarakat dengan potensi dari Desa Wisata Nyarai ini," jawabnya.
Memperjuangkan Legalitas Desa Wisata Nyarai
Karena hutan gamaran adalah bagian dari hutang lindung yang tidak boleh diapa-apakan maka timbullah masalah baru yaitu legalitas. Setelah proses panjang ke dinas, akhirnya pada tahun 2019 diberikan izin akses oleh Kementerian LHK RI melalui pola perhutanan sosial, kepada Desa melalui LPHN Salibutan Lubuk Alung.
Sejak legalitas diperoleh maka semakin banyak dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat, lembaga swasta dan banyak lagi.
![]() |
Green House Nyarai yang bisa jadi pilihan menginap wisatawan saat ke Nyarai (Foto: Ritno Kurniawan) |
Selamat Datang di Desa Wisata Nyarai Berkonsep Ekowisata
Apa Sih Ekowisata?
Banyak dari kita termasuk Umma juga penasaran sih apa itu Ekowisata. Jadi ternyata ekowisata ini adalah perjalanan wisata yang berwawasan lingkungan, yang menekankan aspek konservasi alam, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, serta pembelajaran dan pendidikan. Sebuah konsep wisata yang bukan saja sekedar wisata tapi bentuk pariwisata yang juga bertanggung jawab menjaga kelestarian alam dan budaya sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar serta mengelola semua aspek pariwisata secara bertanggung jawab untuk jangka panjang dan berkelanjutan.
Unsur yang membedakan desa ekowisata adalah penerapan praktik ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan alami yang minim dampak negatif, serta adanya edukasi berkelanjutan bagi pengunjung tentang pentingnya pelestarian alam dan budaya setempat. Selain itu juga pengaturan jumlah wisatawan menjadi prioritas agar tidak terjadi degradasi lingkungan.
![]() |
Rafting salah satu pilihan wisata |
Secara holistik, desa ekowisata bukan hanya menawarkan keindahan dan pengalaman wisata, namun juga mengedepankan fungsi sosial dan ekonomi dengan menjaga harmoni antara manusia dan alam sekitar, serta memberdayakan komunitas lokal supaya lebih mandiri dan sadar lingkungan (community based tourism).
Dengan demikian, desa ekowisata menjadi tempat yang mampu menyuguhkan pengalaman wisata yang autentik sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem dan tradisi budaya untuk masa depan yang berkelanjutan.
Seperti yang dikatakan oleh Ritno juga bahwa dalam ekowisata tidak ada pekerjaan seperti layaknya karyawan tapi bekerja berdasarkan komunitas ataupun kebersamaan di masyarakat.
"Jadi di desa wisata itu tidak ada pekerjaan dia sifatnya community based tourism. Jadi bekerja berdasarkan komunitas. Jadi beberapa pekerjaan yang dinaungi di ekowisata ada pemandua wisata, homestay, kelompok cendramata dan juga kelompok oleh-oleh. Jadi pekerjaan sifatnya community based tourism, " jelasnya detail saat Umma bertanya terkait konsep pekerjaan di desa ekowisata.
Berbeda dengan pariwisata massal atau wisata alam konvensional yang bisa mengabaikan pelestarian sumber daya alam dan budaya, ekowisata berkomitmen menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan. Ekowisata mengedepankan filosofi "back to nature" dengan tetap menghormati keberadaan serta kebutuhan masyarakat lokal.
Ini Dia Desa Wisata Nyarai, Dari Logging ke Booming
Sampai kapanpun desa ini akan jadi desa paling membanggakan bagi anak cucu mereka. Umma yakin awalnya sangat sulit bagi mereka untuk menerima kenyataan meninggalkan mata pencaharian yang selama ini menopang kehidupan perekonomian mereka menebang kayu ke hutan. Tapi biidznillah semua berubah, sebuah peradaban baru malah mengubah desa mereka menjadi lebih hijau dan lebih dikenal dengan nama Desa Wisata Nyarai.
Dari data tercatat sejak dibuka pada April 2013 ternyata dalam waktu satu tahun wisatawan melonjak naik mencapai 35 ribu di tahun 2014 sebagai dampak makin dikenalnya wisata hutan ini. Secara data pengunjung di dominasi oleh laki-laki sebanyak 75 persen dengan 90 persen wisatawan nusantara dan 10 persen mancanegara seperti Malaysia, Jepang, Singapura, Australia, Belanda, Perancis, Inggris dan Amerika. Wisatawan ke Nyarai di dominasi oleh rentang usia 15-40 tahun sebanyak 84 persen.
![]() |
Surga Tersembunyi di dalam Hutan Gamaran. Air Terjun Nyarai Indah ( Foto: Instagram @ritnokurniawan) |
Pesona Air Terjun Nyarai dan Program Pilihan Ekowisata Dari Trekking, Rafting, Camping hingga Education
Air Terjun di Lubuak Nyarai yang terbentuk dari fenomena breksi yaitu pusaran air yang menggerus dinding kolam yang membuat terbentuk kolam secara alami. Air terjun setinggi 8 meter ini merupakan fenomena alam yang telah terjadi jutaan tahun silam. Butuh waktu 2-3 jam untuk sampai di lokasi dengan menyusuri sungai dan pepohonan nan rimbun.
Melalui konsep ekowisata ini, Ritno meluncurkan paket wisata menarik kepada pengunjung diantaranya
1. Paket trekking dimana pengunjung bisa menyusuri hutan tropis gamaran sepanjang 5,5 kilometer menuju air terjun Nyarai. Melewati flora dan fauna endemik dan menyusuri sungai batang Salibutan.
2. Paket Camping Adventure dimana wisatawan bisa menikmati seluruh keindahan hutan gamarangamaran.
3. Bird Watching Adventure dimana kita bisa melihat langsung burung endemik
4. Spear Fishing: wisata menangkap ikan dengan cara tradisional di sungai Batang Salibutan menggunakan panah tembak dan kacamata air buatan anak nagari desa wisata Nyarai.
5. Silek Tuo Nyarai : paket wisata Silek Tuo Nyarai-Sekapur Sirih merupakan wisata edukasi beladiri silek anak nagari/desa wisata Nyarai yang dipandu oleh Tuo Silek dan pandeka setempat. Wisata edukasi ini dilaksanakan pada siang dan malam hari di kawasan posko desa wisata Nyarai.
![]() |
Jarak tempuh dari pintu masuk desa wisata nyarai 5,5 km yang hanya bisa di tempuh dengan berjalan kaki selama 2-3 jam perjalananp |
6. Mahseer Fly Fishing Adventure: paket wisata memancing ikan Mahseer dengan teknik Fly Fishing di lubuak larangan kawasan sungai batang Salibutan desa wisata Nyarai. .
7. Glamping (Glamour Camping) : paket wisata dimana pengunjung bisa menikmati alam secara mewah sepanjang siang hari hingga malam.
8. Rafting di Sungai : pilihan wisata menarik dan menantang menyusuri sungai hutan gamaran dengan arusnya yang menantang.
Ritno juga membuat program pohon asuh untuk menjaga hutan tetap terjaga.
"Jadi setiap kegiatan wisata kita ke dalam lokasi kawasan hutan itu, di lokasi pintu masuk kita sudah kita sediakan bibit pohon yang untuk ditanam di dalam. Jadi setiap tamu naik ke atas atau minimal per kelompok itu membawa bibit pohon ke atas dan itu langsung dengan nama mereka, " ungkap.
Bahkan Ritno mengatakan bahwa mereka berkomitmen menjadikan Hutan Gamaran tidak saja sebagai tempat wisata.
"Jadi lokasi kita ini bukan tempat wisata saja tapi sebagai labor alam yang bisa anak sekolah bersekolah ke sini, bisa penelitian gitu kan jadi semacam pusat informasi di hutan. Jadi mereka betul-betul masuk hutan itu belajar bukan hanya kegiatan wisata saja, " jelasnya ketika ditanya mengenai wisata berkelanjutan.
Dampak Nyata Ekowisata Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Jika dulu, masyarakat di sana bergantung pada penebangan kayu ilegal yang merusak hutan dan mengancam mata pencaharian mereka sendiri. Namun, setelah hadirnya program ekowisata yang mengedepankan pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, perubahan luar biasa terjadi.
Hutan yang dahulu gundul kini hijau kembali, air terjun mengalir jernih menyejukkan, dan kehidupan masyarakat pun berdenyut dengan harapan baru. Ekowisata bukan sekadar memberikan pengalaman wisata alam, melainkan membawa transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang nyata.
![]() |
Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Penerapan Ekowisata di Desa Wisata Nyarai |
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Ekowisata yang dikenalkan oleh Ritno sukses mengalihkan mata pencaharian masyarakat dari penebangan kayu ilegal menjadi pemandu wisata, pengelola homestay, pedagang kuliner, dan kerajinan lokal.
Data menunjukkan bahwa 95% pemandu wisata mengalami peningkatan pendapatan setelah terlibat dalam ekowisata, dengan rata-rata pendapatan masyarakat naik dari Rp 1.340.000 menjadi lebih tinggi dari Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat. Hal ini memperkuat kesejahteraan masyarakat dan membuka lapangan kerja baru.
Hingga tahun 2025 total pemandu wisata di Desa Wisata Nyarai berjumlah 175 orang dengan 55 orang sudah tersertifikasi.
"Alhamdulillah hingga tahun 2025 ini kita sudah memiliki 175 pemandu wisata dengan 55 sudah memiliki sertifikasi dan ke depan makin banyak lagi pemandu profesional karena kita harus siap go internasional, " ujarnya saat Umma tanya via whatsapp.
Melestarikan Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati
Hutan Gamaran yang menjadi lokasi ekowisata tetap terjaga kelestariannya. Adanya larangan adat dan pengelolaan berbasis masyarakat memastikan habitat satwa seperti monyet ekor merah dan berbagai jenis burung tetap aman. Upaya konservasi ikan asli di sungai juga berjalan efektif. Dengan menjaga ekosistem hutan dan sungai, ekowisata membantu memulihkan dan mempertahankan keanekaragaman hayati kawasan tersebut.
Meningkatkan Pendapatan Daerah
Kontribusi ekonomi ekowisata juga dirasakan oleh pemerintah lokal. Pendapatan dari pajak homestay, retribusi alat wisata, penjualan produk lokal, dan tiket masuk lokasi wisata meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dana ini berperan penting dalam pembangunan infrastruktur dan layanan publik yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.
"Kita sudah menghasilkan namanya PDRB Nagari gitu di mana ada pendapatan tidak langsung ke desa," sebut Ritno bicara dampak ekowisata ini.
![]() |
Asam Kandih Bundo Gamaran adalah salah satu produk dari Desa Wisata Nyarai |
Pemberdayaan Sosial dan Budaya
Ekowisata mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dan budaya. Mereka tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi tetapi juga menjaga tradisi lokal, seperti tarian dan silek. Pendidikan bagi anak-anak mendapatkan perhatian lebih, serta kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup semakin meningkat.
Mendorong Pariwisata Berkelanjutan
Kawasan ekowisata Nyarai menjadi contoh wisata berkelanjutan yang harmonis antara manusia dan alam. Paket wisata yang terorganisir dengan baik, pengelolaan berbasis masyarakat (community based tourism), serta edukasi lingkungan kepada wisatawan membuat ekowisata ini tahan lama dan berkelanjutan.
Dengan demikian, ekowisata tidak sekadar menjadi sumber ekonomi, tetapi juga solusi untuk konservasi lingkungan dan penguatan sosial budaya. Desa Wisata Nyarai membuktikan bahwa pelestarian alam dan kemajuan masyarakat dapat berjalan beriringan secara harmonis.
SATU Indonesia Awards Dukung Ekowisata Desa Wisata Nyarai, Jaga Hutan Untuk Jaga Peradaban
![]() |
Ritno Kurniawan menerima penghargaan dari SATU Indonesia Awards 2017 kategori lingkungan hidup. (Foto: Antara News) |
Perjuangan pemuda Minang yang mendapat julukan "Transformer Pembalak Liar" menghentikan pembalakan liar dan menjaga kelestarian lingkungan mengantarkannya meraih penghargaan dari SATU Indonesia Awards 2017 kategori lingkungan hidup. Apresiasi tahunan yang diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk sejak 2010 ini memberikan penghargaan kepada para pemuda inspiratif dan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.
Ritno Kurniawan pantas mendapatkan penghargaan karena semangat juangnya dalam menjaga hutan begitu besar. Bahkan tidak sampai disitu melalui konsep Ekowisata yang diusungnya berdampak besar bagi lingkungan. Bahkan hampir 80% aktivitas pembalakan liar berkurang dengan adanya Desa Wisata Nyarai. Perekonomian masyarakat mulai meningkat dan tentu saja desa yang awalnya kategori tertinggal kini terus berbenah menjadi desa berkembang.
Penghargaan yang diperoleh oleh laki-laki yang terinspirasi dari sosok Buya Hamka yang memotivasi untuk mengadakan sebuah kegiatan bersama masyarakat ini mengaku sangat bersyukur dengan apresiasi yang diberikan ASTRA. Baginya, ini bukan sekadar pengakuan, melainkan dorongan untuk menjaga kesinambungan program ekowisata yang telah dirintisnya.
"Jadi mungkin melihat dari dampak, dan alhamdulillah sangat bersyukur kegiatan ini berkelanjutan, jadi kami terus diberi pendampingan. Terus dipantau dan terus didampingi sampai sekarang. ASTRA terus berkontribusi dalam berbagai kegiatan lainnya, " sebut Ritno.
Perjuangan Ritno Kurniawan sebagai transformer pembalak liar bukan sekadar usaha menjaga hutan, melainkan menjaga peradaban itu sendiri. Dengan keteguhan hati dan kerja keras yang tak kenal lelah, Ritno berhasil mengajak masyarakat untuk beralih dari pembalakan liar menjadi pelestari alam melalui ekowisata.
Sebagai pelopor ekowisata desa, kini Ritno juga terus berdedikasi membangun desa wisata di Sumatera Barat. Bahkan juga dipercaya menjalankan program Kampung Berseri Astra (KBA) di Nagari Nyarai, Nagari Pasie Laweh dan Nagari Korong Kayu Gadang. Baru-baru ini di akun instagram nya @ritnokurniawan juga sedang memberi pelatihan ekowisata di Nagari Sundata Selatan
Kerja besar ini telah menuai hasil nyata: hutan yang lestari, masyarakat yang sejahtera, dan harapan baru bagi generasi berikutnya.
Langkah-langkah kecilnya, seperti mengajak para pembalak hutan menjadi pemandu wisata, melatih masyarakat, dan membangun fasilitas pendukung, kini menjadi tonggak sejarah perubahan. Ia membuktikan bahwa perubahan besar lahir dari komitmen yang teguh dan kepedulian tulus terhadap alam dan sesama manusia.
Seperti kata Ritno, menjaga hutan berarti menjaga peradaban.Mari kita dukung dan terus belajar dari kisah inspiratif Ritno, untuk bersama-sama menjaga bumi kita agar tetap hijau dan penuh kehidupan.
#APA2025-BLOGSPEDIA
Referensi:
Wawancara via DM Instagram dan Whatsapp
Instagram Theresia Dwiaudia Sari Putri (https://instagram.com/ritnokurniawan/)
Video Youtube Media Faperta UGM
(https://youtu.be/m0jhqpppitQ?si=-wxhBrEb9mk1AUfQ)
Video YouTube Channel SATU Indonesia: Bincang Inspiratif 15th SATU Indonesia Awards 2017 - Transformer Pembalak Liar
(https://youtu.be/Nl_Y9VN0n0Q?si=bCie-5MJm3PB4G3B)
https://www.desawisatanyarai.com/xcxjuiqhh
https://fwi.or.id/
Skripsi Indri Wulandari (http://eprints.umsb.ac.id/2922/1/Skripsi%20Indri%20Wulandari.pdf)
Posting Komentar