Ganti Judul dan ALt sendiri

Inilah Sejarah Jam Gadang Yang Jarang Diketahui Orang

 

Sejarah jam gadang Bukittinggi
Jam Gadang Bukittinggi Tahun 2020 (Saat Pulang Kampung)

Jam Gadang sudah jadi icon paling dikenal ketika mengunjungi Bukittinggi. Jam Gadang memiliki daya tarik tersendiri saat orang berkunjung kesini. 

Jam Gadang sendiri merupakan nama dari menara jam yang terletak di pusat kota dan dijadikan salah satu destinasi wisata daerah ini. 

Sejarah dan Ukuran Jam Gadang Bukittinggi 

Pada tahun 2023 ini, Jam Gadang sudah mengalami banyak perubahan dari tahun awal dibangun. 

Jam besar ini memiliki denah dasar seluas 13 x 4 meter. Bagian dalam menara jam setinggi 26 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan  bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti pada saat gempa tahun 2007 lalu. 

Terdapat 4 jam. dengan diameter masing-masing 80 cm . Uniknya jam ini didatangkan langsung dari Rotterdam Belanda melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Bahkan unit jam-nya hanya ada dua di dunia yaitu Jam ini dan Big Ben di Swiss.

Jam Gadang Bukittinggi Dari Masa Ke Masa 

Tahukah bahwa mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman  adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892. 

Bangunan ini selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Bukittinggi.

Arsitektur Jam Gadang ini adalah Yazid Rajo Mangkuto. Dimana peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.

Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atapnya berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. 

Kemudian pada masa kependudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. 

Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau. 

Renovasi terakhir yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

Kemudian pada saat pandemi, tempat ini kembali dilakukan renovasi. Tempatnya lebih cantik dengan berbagai hiasan air mancur dan beberapa sudut terdapat kursi untuk santai. 

Tak hanya itu, pemandangan jam gadang pada malam hari sangat indah dengan hiasan lampu warna-warninya.

Satu hal yang membuat rindu Jam Gadang adalah kesejukan dan dinginnya udara pagi menusuk hingga ke tulang. Masya Allah jadi kangen kampung halaman tercinta. 

Siapa yang sudah pernah kesini? Cerita yuk di kolom komentar. []

11 komentar

  1. Belum pernah ke Bukittinggi tapi who knows nanti ada kesempatan mau mampir melihat jam gadang yang mempunyai nilai sejarah ini.

    BalasHapus
  2. Wah belum pernah ke Bukit Tinggi, padahal aku lahir dan besar di ujung pulau Sumatera, yaitu Lampung, semoga semakin mudahnya akses jalan tol membuat siapa saja bisa mengunjungi dan berwisata ke berbagai kota di Sumatera, apalagi selama ini hanya tahu Jam Gadang dari artikel atau berita, ternyata ikon Kota Bukit Tinggi ini memiliki sejarah yang panjang.

    BalasHapus
  3. Beneran warisan dunia ini jam kalau hanya dibuat dua saja di dunia ini. Luar biasa ya. Bangga nih Indonesia memiliki salah satunya selain Swiss.
    Saya belum pernah ke Bukittinggi. Semoga kelak kesampaian

    BalasHapus
  4. Wah, ternyata arsiteknya asli Indonesia ya Mbak. Saya pikir sebelumnya justru dari luar. Pengetahuan baru nih bagi saya. Ikut bangga karena Indonesia ternyata juga kaya akan arsitek-arsitek berkualitas ya.

    BalasHapus
  5. Wah, ternyata kualitas mesin jamnya beneran bagus ya. Terbukti masih awet sampe sekarang. Dan, baru tau kalau ternyata unit jamnya sama dengan jam BigBen di Swiss. Keren euy!

    BalasHapus
  6. Aku penasaran kak, Big Ben Swiss dan London ini berbedakah?
    Karena kalau googling, berdasarkan wikipedia, menara jam yang mirip dengan Big Ben London adalah jam gadang di Bukittinggi.
    Tapi ini berdasarkan menara jam-ya sih, hihii...bukan unit jam-nya.

    BalasHapus
  7. Ternyata jam gadang ini sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Ini termasuk situs warisan budaya Indonesia nggak Mba? Saya jadi ingetnya jam yang di London itu kalau liat jam Gadang loh.

    BalasHapus
  8. Belum pernah, mbak. Pingin banget ke Padang, cita-cita. Baru bisa sampai palembang saja menjelajah daerah Sumateranya, moga suatau saat diijabah. aamiin. Jadi ternyata desain jam gadang ini berubah ya dari masa ke masa.

    BalasHapus
  9. Jam Gadang ini ikon kota Bukittinggi ya mbak
    Aku belum pernah kesana
    Semoga someday bisa kesana

    BalasHapus
  10. saya belum pernah kesana Mbak, masih dalam angan nih, kapan ya bisa kesana, semoga ada rezeki untuk berkunjung kesana,

    BalasHapus
  11. Baca ini jadi ingat waktu ke Padang, saya belum tahu sejaragnya, waktu saya ke sana malam malam lihat jam gadang ini bagus banget

    BalasHapus