Ganti Judul dan ALt sendiri

Pengalaman Pertama Kondangan di Jawa, Banyak Hal Menarik

Kondangan ke Jawa

Ayo siapa yang orang Jawa dan menetap di di Jawa? Tentu sudah tidak asing dengan beberapa hal yang akan Umma cerita tentang kondangan di Jawa. Beberapa waktu lalu Umma diajak mertua menghadiri acara "Unduh Mantu" saudaranya. Banyak hal nenarik yang jadi pengalaman pertama Umma. Menurut Umma sayang kalau tidak diceritakan di blog ini? Meskipun bagi orang Jawa ini hal biasa, tapi bagi Umma ini luar biasa. Penasaran? Kepoin  ya pengalaman pertama Umma kondangan di Jawa! 

Sekilas Istilah Kondangan di Indonesia

Ah.. tentu saja kondangan atau kenduri atau baralek (Minang) merupakan salah satu tradisi di Indonesia. Tidak hanya acara pernikahan tapi juga acara lainnya seperti sunatan atau ng aqiqahan. Tapi secara umum kondangan lebih identik dengan acara pernikahan. Tentu saja di masing-masing daerah di Indonesia memiliki keunikan sendiri dalam  merayakan acara tersebut. Mulai dari Aceh hingga Papua, memiliki adat dan budaya yang berbeda. Tapi kali ini kita akan membahas kondangan di Jawa khususnya di Boyolali. 

Hal Menarik Kondangan Unduh Mantu di Jawa

Nyumbang

Jika selama ini Umma hanya tahu acara nikahan umumnya hanya satu hari puncaknya saat hari ijab Kabul. Ternyata berbeda dengan "unduh mantu". Dua hari sebelumnya warga sekitar kira-kira 2 RT datang bergantian ke rumah yang punya hajatan. Mereka membawa minimal 10 liter beras dan uang. Hantaran ini disebut dengan istilah nyumbang. Tak sekedar mengantarkan sumbangan mereka disuguhkan dengan berbagai makanan ringan sebelum akhirnya disuguhkan makanan besar. Ada cucur, sosis solo, tape dibungkus daun, kerupuk melinjo dan teh manis. 

Saat itu Umma datang sudah malam jadi ternyata sembari tenda dipasang dan dihias para tamu bergantian datang mengantarkan sumbangan. Sungguh Indonesia memang negeri yang ramah ya terutama di desa. 

Acara 3 Hari Berturut-turut Bahkan Lebih

Umma tiga hari berada disana dan memang kondangan tidak putus putus. Menurut si mbah disana memang seperti itu, ada yang nikahan maka acaranya bisa tiga hari bahkan lebih. Ini baru "ngunduh mantu" belum lainnya. 

Acara Puncak Yang Memuliakan Tamu

Nah acara Puncak itu disaat menantu datang bersama keluarga ke rumah mertua. Luar biasa diacara ini jika kita selama ini hanya datang makan dan mengucapkan selamat kepada mempelai berbeda dengan di Boyolali. Tak ada hidangan prasmanan yang ada hanya ratusan atau ribuan kursi untuk para tamu. Rangkaian acara belum dimulai sampai dipastikan semua tamu sudah datang. Ada beberapa pagar ayu baik wanita dan laki-laki mempersilahkan kita duduk. Lengkap dengan pakaian khas Jawa dan laki-laki menggunakan stelan jas. Mereka membantu kita duduk di bangku yang kosong. 

Setelah dipastikan semua tamu datang maka dimulailah acara ngunduh mantu. 

Dengan bantuan MC dan iringan campur sari acara dimulai. Sambutan demi sambutan diucapkan (tapi nggak paham Umma). Intinya di scara puncak ini terasa sekali tuan rumah memuliakan tamu. Terasa sekali waktu menyuguhkan makanan, mereka pengantin dan kedua orang tua berada di panggung. 

Berkenalan dengan Sinoman

Nah ini yang bikin Umma sedikit excited. Jika selama ini kalau kondangan ambil makan sendiri tanpa dilayani. Berbeda disini. Kitab dilayani oleh sinoman. Bahkan dari mulai snack, camilan ringan hingga makan besar dan sekotak es krim semua dilayani. Katanya sinoman ini adalah pemuda karang taruna yang diamanahkan untuk membantu setiap warga yang hajatan. Perempuan mengenakan pakaian berwarna hitam seperti kebaya khas Jawa dengan aksesoris bros dan rok batik khas jawa di tambah kain panjang sebagai selempang. Sementara laki-laki mengenai stelan pakaian hitam putih khas pelayan restoran. 

Saat pemandu acara memberikan arahan, mereka sudah siap di posisi masing-masing. Laki-laki sudah siap dengan makanan di tangannya. Kemudian sinoman perempuan memberikan makanan kpada tamu mulai dari depan menuju ke belakang. Seru dan unik. 

Kentalnya Saling Bergotong Royong 

Kagetnya lagi setelah penutupan acara dan sesi foto-foto. Semua warga kembali menunjukkan kebersamaan dengan saling membantu membersihkan kursi-kursi. Tak perlu waktu lama semua selesai kurang dari setengah jam. Seperti mimpi baru saja acara dimulai dengan ratusan tamu yang datang dalam sekejap semua kembali seperti semula. Bahkan panggung juga mulai dirapikan dan tenda mulai dibongkar. Luar biasa sekali ternyata ya tenggang rasa dan saling tolong menolong warga desa. 

Kondangan adat Jawa boyolali

Penutup: Pengalaman Umma Kondangan di Jawa 

Yup, "dima bumi dipijak disinan langik dijunjuang" (dimana langit diinjak disana langit dijunjung) artinya adaptasi dengan lingkungan. Begitulah filosofi Minang yang selalu ditekankan apalagi bagi perantau. Saat menginjakkan kaki di tanah jawa ini seakan selalu teringat. &:

Menyaksikan hajatan di Jawa khususnya Boyolali membuat Umma memiliki pengalaman baru di mana masyarakat desa sangat tinggi rasa saling membantu. Terbukti dengan acara hajatan ini terselenggara atas kerjasama warga desa. Mereka seperti sudah mengetahui tugas masing-masing. Masya Allah, pengalaman luar biasa sekali bagi Umma. Sharing yuk bagaimana acara kondangan atau hajatan di daerahmu? 


10 komentar

  1. Saya lahir dan besar di kota. Nyaris tidak pernah menghadiri kondangan yang masih kental dengan budaya. Ternyata seru ya memperhatikan setiap detilnya

    BalasHapus
  2. Kalau di daerah Ma'am Oz sama sih, untuk gotong royong dimulai dari memasak dan menghidangkan prasmanan. Kalau tradisi nyumbang di sini agak miripdengan arisan, tapi lebih ke barang-barang sih seperti arisan kelapa, minyak, beras, ayam dll. Indonesia memang kaya akan adat dan tradisi yaaa....

    BalasHapus
  3. Wah, Unik banget ada sinoman yang layani tamu kayak di resto, terus salut sama gotong royong warga Boyolali yang kompak banget. Baca ini jadi kangen suasana kondangan di kampung deh..hehe..

    BalasHapus
  4. Hampir mirip juga tradisi saling bantu dan gotong royong saat ada acara pernikahan atau ngunduh mantu dengan di daerah saya di Jawa Barat, cuma yang unik di Boyolali ini ada petugas yang membantu menyiapkan makanan untuk tamu yang disebut Sinoman, ya. Bahkan ini pernah beberapa kali lihat liputan khususnya di televisi tentang keberadaan Sinoman di hajatan pernikahan. Unik memang, ya

    BalasHapus
  5. Di desa memang sangat rukun dan gotong royong sangat kental. Biasanya didahului ibu2 yg rewang (membantu) memasak bersama-sama. Saat resepsi para tamu diladeni hidangan yg sudah diatyr di oiring (istilahnya piring terbang).

    BalasHapus
  6. Seru ya, biasanya oleh masyarakat itu disebut USDEK, U nya Unjukan alias minuman, S utk Sop, D utk Dhaharan atau makan besar, E nya Es, K nya Kondur atau pulang. Terimakasih Umma sudah membuat tulisan menarik mengani salah satu adat di Jawa Tengah.

    BalasHapus
  7. Kalau di daerah tertentu di Jawa memang masih kental dengan Sinoman dan Piring terbang yang disajikan untuk para tamu undangan, sebagai tamu kita seolah dilayani dengan pelayanan prima ya. Hanya saja tidak semua tempat mempertahankan tradisi ini, lebih banyak yang cari praktis, atau alasan lain.

    BalasHapus
  8. Gotong royong dan kebersamaan di desa memang kental terasa. Hal yang jarang ditemukan kota besar ya

    BalasHapus
  9. Saya tinggal di desa, dan ya gotong royong di desa memang masih terasa banget. Mulai dari masak-masak, pendirian tenda, sampai pasca acara pun masih gotong royong. Dan bukan hanya ibu-ibu atau mbak-mbak, bapak-bapak dan mas-mas pun ikut membantu.

    BalasHapus
  10. Kalau mau lihat banget tradisi kondangan ya ke daerah keluarga suami, karena masih kental dengan tradisinya. Aku waktu nikah terhitung simpel untuk ukuran pada umumnya.

    BalasHapus