Ganti Judul dan ALt sendiri

Parenting: Cara Mendidik Anak Usia 9-14 Tahun Berdasarkan Qur'an Sunnah

Parenting Usia 9-14 tahun
Parenting: Cara Mendidik Anak Usia 9-14 Tahun 

Siapa yang sedang berada di tahap parenting anak usia 9-14 tahun? Umma juga salah satunya. Ternyata menghadapi anak usia ini tidak

semudah yang dibayangkan ya? Banyak hal baru yang kita hadapi lho dan tentu saja kita butuh tahu bagaimana parenting anak usia 9-14 tahun ini. Yuk kita bahas.

Fase Parenting Anak Dalam Islam

Dalam Islam ada beberapa fase pengasuhan yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yaitu

Pertama, Fase Tufhullah (Anak-anak, usia 0-3 Tahun)

Kedua, Fase Mumayyiz (Fase sebelum baligh, 4-8 tahun)

Ketiga, Fase Murahaqah (Fase anak-anak yang sudah mencapai baligh, 9-14 tahun)

Ketiga Fase ini sangat penting dan tidak boleh terlewatkan oleh orang tua. Persiapkan pengasuhan yang benar-benar sesuai masa umur mereka, agar kita bisa membersamai mereka dengan tenang sesuai masa perkembangan mereka.

Fase Parenting 9-14 Tahun

Pembahasan kita kali ini adalah fase Parenting 9-14 tahun. Dalam Islam tidak dikenal masa remaja (istilah dari Barat), tetapi dibanyak ayat Alquran dan hadits lebih dikenal dengan pemuda atau pemudi.

Dalam Islam tidak dikenal masa remaja (dari Barat). Panduan hidup Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah banyak disebutkan banyak kalimat pemuda atau pemudi.

Seperti terdapat dalam salah satu hadits Rasulullah yaitu

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda , “ Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, 'sejujurnya aku takut kepada Allâh.' Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia bersembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan tentangnya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air mata. ”

(Hadits ini shahih , diriwayatkan oleh: Al-Bukhari (no. 660, 1423, 6479, 6806)

Jadi di fase ini adalah masa yang sangat penting diperhatikan orang tua, karena dari sinilah pondasi awal seseorang anak menuju pendewasaan yang matang. Pendewasaan yang sesuai dengan apa yang diinginkan Allah dan Rasulullah sesuai dengan Qur'an dan Sunnah.

Parenting Usia 9-14 Tahun

Parenting: Cara Mendidik Anak Usia 9-14 Tahun

Nah, setelah kita mengetahui pentingnya orang tua memperhatikan masa murahaqah ini, maka berikut hal yang perlu dilakukan oleh para orang tua dalam masa parenting 9-14 tahun:

1. Mengenalkan Fenomena Pubertas

Orang tua perlu sekali mengenalkan kepada anak mengenai fenomena pubertas. Dimana tema-tema ini tidak dikenalkan secara menyeluruh di sekolah.

Seperti kita ketahui, pubertas adalah periode pertumbuhan dimana anak mengalami proses pematangan reproduksi.  Pubertas ini adalah masa penyempurnaan organ tubuh seorang anak.

Dan perlu diketahui bahwa pubertas beda dengan baligh ya. Pubertas pada laki-laki dimulai pada 9 tahun hingga 18 tahun. Sementara perempuan biasanya lebih cepat lagi.

Jadi kita sebagai orang tua perlu memberikan penjelasan kepada anak-anak mengenai pubertas ini.

"Kalau kamu sudah pubertas nak, maka ada tanda-tanda pada tubuh kamu nak. Biasanya badan cepat tinggi, timbul jerawat, payudara tumbuh, rambut pada ketiak dan lain-lainnya," sebutkan kepada anak secara detail.

Oh ya Sahabat Umma, penting sekali bagi para Umma dan abba untuk menjelaskan semua hal tersebut kepada anak-anak kita pada fase ini.

Begitu juga bagi laki-laki, sangat dianjurkan ayahnya yang menjelaskan agar lebih pas karena sama-sama laki-laki. Seorang ayah harus menjelaskan kepada anak laki-lakinya tanda-tanda puber  seperti tumbuh bulu pada ketiak dan kemaluannya, jakun, jenggot, badan berotot dan sebagainya.

Tak lupa pula, selain pubertas secara fisik. Anak-anak kita perlu kita jelaskan tanda-tanda pubertas non fisik. Seperti adanya rasa tertarik kepada lawan jenis, ego mulai tinggi,ini selalu jadi pusat perhatian dan banyak lagi.  Kita sebagai orang tua sangat perlu menjelaskan kepada anak-anak kita.

2. Orang Tua Perlu Persiapkan Titik Baligh

Pengasuhan di fase 9-14 tahun segara bertahap kita mulai menjelaskan mengenai baligh. Baligh berasal dari kata balagha artinya sampai. Jadi baligh artinya kamu sudah sampai pada usia kedewasaan. Seseorang yang dibebankan kepadanya amalan.

Tanda-tanda baligh bagi perempuan biasanya mereka akan mengalami menstruasi, keluarnya cairan mani, tumbuh rambut yang kasar dan ikal pada kemaluan dan ketiak dan perubahan lainnya.

Bagi laki-laki biasanya keluar air mani, mimpi basah, tumbuh rambut di kemaluan.

Biasanya baligh ini dalam ilmu fiqh  maksimal terjadi pada anak saat usia 15 tahun (berdasarkan kalender hijriah). Terangkan kepada anak jika mereka sudah  baligh mereka akan mendapatkan konsekuensi.

3. Ajarkan Anak Akan Konsekuensi Baligh

Kita perlu menjelaskan kepada anak-anak kita konsekuensi yang harus dilakukan saat mereka sudah baligh. Salah satu hal penting diajarkan adalah  mentauhidkan Allah dan kewajiban menjalankan perintah Allah seperti sholat lima waktu, berpuasa, membayar zakat dan berhaji serta kewajiban lainnya. 

4. Pahamkan Anak Tentang Tarbiyah Jinsiyyah (Pendidikan Seksualitas)

Anak penting sekali dipahamkan akan pendidikan seksual yang benar berdasarkan Qur'an dan Sunnah Rasulullah. Dalam pengenalan ini orang tua berfokus pada akhlak dan adab anak.

Jika sex education lebih membahas seks yang sehat, sementara tarbiyah Jinsiyyah lebih kepada bagaimana anak-anak kita mampir mengontrol nafsu syahwat merek secara benar sesuai tuntunan Qur'an dan Sunnah.

Berikut hal yang perlu kita ajarkan kepada anak terkait Tarbiyah Jinsiyyah:

Ajarkan Tentang Sifat Malu

Memahamkan kepada anak-anak kita tentang sifat malu. Sifat malu adalah salah satu bekal penting dalam  menjalani kehidupan. Dengan sifat malu ini dapat membentengi anak-anak kita dari hal yang tidak baik.

Sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda mengenai keutamaan sifat malu:

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

الإيمان بضع وستون- أو بضع وسبعون – شعبة؛ أفضلها لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإيمان

“Iman itu ada 60 lebih (atau 70 sekian) cabang. Iman yang paling utama adalah [ucapan] Laa ilaaha illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, sedangkan malu termasuk cabang dari iman.” (Shahih)-Ash Shahihah (1769).

Penting sekali kita mengajarkan kepada anak kita mengenai sifat malu ini. Malu kepada Allah jika berbuat maksiat. Malu jika mata digunakan untuk melihat hal yang tidak baik, telinga, mulut, kaki, tangan dan lainnya untuk perkara yang dibenci Allah. Ajarkan anak kita akan h hal tersebut.

Konsep pembelajaran agar anak-anak kita memiliki rasa malu maka kita sebagai orang tua bisa menjadi teladan mereka.

Mengenalkan Mengenai Aurat

Ajarkan mereka mengenai konsep aurat pada masa mumayyiz. Ketika sudah baligh mereka sudah siap mengikuti aturan tersebut.

Pahamkan juga tentang hijab, terutama perempuan. (Sambil buka surat An Nur 31 dan Al Ahzab 59). Jelaskan mengenai perintah Allah kepada para perempuan.

Mengenalkan Konsep Mahram

Pentingnya mengenalkan anak mengenai konsep mahram agar anak-anak mengetahui batas-batasan dalam berpakaian. Terangkan sambil membuka Al-Qur'an surat An Nisa 22-23 dan An Nur 31. Wah banyak yang perlu dipelajari ya Sahabat Umma. (Semua Tentang Mahram).

Ajarkan Konsep Menjaga Diri

Anak-anak kita pada usia ini harus kita ajarkan mengenai konsep menjaga diri. Apa saja yang boleh disentuh dan tidak disentuh oleh orang lain (bisa saudara, paman, bibi dan lainnya).

Bahkan penting sekali ditekankan kepada anak-anak kita bahwa keutamaan orang yang bisa menjaga diri balasannya adalah surga.

Ajarkan Mengenai Konsep Adab Bergaul

Kita perlu memahamkan kepada anak-anak kita adab bergaul dengan sesama dan lawan jenis.  Ingatkan mereka untuk memilih teman (sahabat)  sebelum berteman. Nasehati mereka untuk melihat dulu seperti apa teman yang akan kita jadikan sahabat.

Ingatkan standar memilih teman adalah seberapa taat mereka kepada Allah.

Bahkan orang tua perlu sekali dalam mengingatkan anak-anak memperhatikan adab bergaul dengan lawan jenis, kewajiban kita menundukkan pandangan terhadap lawan jenis, larangan ikhtilat (bercampur baur perempuan laki-laki, larangan berpacaran dan adab lainnya terkait pergaulan.

Adab Meminta Izin

Terkait adab meminta izin ini penting sekali kita ingatkan kepada anak kita  Ajari mereka bagaimana Allah sangat memperhatikan adab meminta izin ini.

Jelaskan kepada anak-anak tentang adab meminta izin. Seperti kapan waktu-waktu kita wajib meminta izin masuk ke kamar orang tua. (Sebelum subuh, setelah zuhur dan sesudah sholat isya).

Begitu juga seorang anak juga memiliki kewajiban meminta izin kepada orang tua saat keluar rumah.

Memisahkan Tempat Tidur Anak Kita

Mulai pisahkan tempat tidur mereka maksimal umur 10 tahun. Hikmah kita memisahkan tempat tidur ini adalah agar anak-anak kita tidak terjerumus dalam perzinaan, lesbian dan lainnya.

Karena salah satu  penyebabnya penyakit eLGeBeTe saat ini adalah bermula dari kesalahan orang tua yang tidak memisahkan tempat tidur anak-anak mereka. (Wah banyak ya PR Parenting 9-14 Tahun)..

5. Membuka Lebar Pintu Diskusi

Penting sekali orang tua pada fase ini untuk membuka lebar-lebar pintu diskusi  Anak-anak pada masa ini  lebih suka berdiskusi, lebih senang dimintai pendapat.

Umma Abba bisa mencontoh cara Nabi Ibrahim alahisallam. Nabi Ibrahim alahisallam sudah mencontohkan saat berdiskusi dengan Nabi Ismail. Nabi Ibrahim menggunakan metode dialog saat meminta pendapat anaknya nabi Ismail. 

(Kisah nabi Ibrahim meminta pendapat nabi Ismail yang bermimpi menyembelih nabi Ismail).

Ketika anak-anak kita masuk ke fase murahaqah mereka lebih senang berdiskusi.

Mulailah secara bertahap untuk berdiskusi dengan anak-anak kita. Diantaranya diskusi mengenai tujuan hidup kita, mengenal Allah, rukun iman, rukun Islam, menyiapkan bekal akhirat dan lainnya.

Kemudian mulai berdiskusi mengenai pengalaman hidup kita sebagai orang tua yang bisa dijadikan pelajaran dan motivasi anak-anak kita untuk lebih baik.

Jika anak-anak kita sudah terbiasa berdiskusi maka semoga Allah mudahkan mereka menjadi shalih dan shalihah.

6. Menyiapkan Bekal Hidup

Bekali dengan Ilmu

Pada fase ini, mulailah bekali anak-anak kita secara serius mengenai Ilmu agama. Bekal penting mereka menjalani hidup lebih terarah dan terkontrol.

Berikan anak-anak bekal, salah satunya ilmu. Amal shalih jika ingin diterima oleh Allah adalah ilmu agama. Ilmu merupakan bekal menuju akhirat.

Terampil Berkomunikasi

Ajarkan anak-anak kita terampil berkomunikasi, pandai bergaul dengan tetangganya dan lainnya.

Pandai Memasak

Bekali anak-anak dengan keahlian memasak. Perempuan maupun laki-laki perlu sekali pandai memasak. Kenali bumbu-bumbu di dapur, resep makanan sehat dan lainnya.

Siapkan Skill  Untuk Anak-Anak

Seorang anak penting sekali untuk kita bekali keahlian. Kenalkan dan kalau bisa ajari mereka cara mencari nafkah. Bekali dengan keahlian yang mereka sukai.

Kemandirian dan Keterampilan Hidup

Hal yang penting sekali adalah bagaimana anak pada fase ini sudah memiliki kemandirian dan keterampilan hidup. Berikan mereka tanggung jawab yang jelas, terutama berkaitan dengan dirinya.

Pastikan pada fase ini, anak-anak sudah mengurus dirinya sendiri mencuci, mengepel, menyiapkan makanan sendiri dan kemandirian lainnya. Ini sangat bermanfaat untuk mereka menjalani hidup.

Penting Mengajari Mereka Dalam Mengatur Waktu

Sahabat Umma, penting sekali pada fase ini anak sudah mengerti akan konsep waktu. Ajari mereka bahwa pentingnya dalam mengatur waktu dengan sebaik mungkin. 

Bekali Anak Perempuan Dengan Ilmu Keputrian

Hal penting juga dalam fase pengasuhan usia ini adalah kita sudah membekali putri-putri kita dengan ilmu keputrian. Memasak, mengurus rumah, hak dan kewajiban istri, mengurus anak dan lainnya. Ini sangat bermanfaat kelak saat mereka sudah menikah.

Diskusi Apa Jejak Kebaikan Yang Bisa Kita Tinggalkan di Dunia

Nah, sebagai pemuda yang akan diberikan naungan oleh Allah tentu saja penting sekali meninggalkan jejak-jejak kebaikan di dunia ini.

Apalagi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sudah mengingatkan kepada kita mengenai tiga amalan yang tidak akan terputus saat kelak kita meninggal

Bahwasanya ada tiga amalan yang tidak akan terputus.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِ٩نْ صَدَاثَةٍ مِ٩نْ صَدَا وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“ Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan doa anak yang saleh yang selalu mendoakannya. (HR.Muslim, no.1631)


Masya Allah, betapa banyak sekali pekerjaan rumah kita sebagai orang tua pada fase ini ya. Kita tidak bisa main-main pada tahap ini, karena ini adalah penentuan anak-anak kita di masa depannya. Jangan abaikan fase ini.

Penutup

Sahabat Umma, tulisan kali ini Umma terinspirasi dari video kajian Ustazah Imroatul Azizah yang Umma dengar dengan judul "Cara Mendidik Anak Usia 10-14 Tahun, Parenting Islam Pendidikan Anak"
. Setiap catatan yang Umma tulis membuat Umma sangat tersentil sebagai orang tua yang saat ini memiliki anak usia ini.

Benar adanya keegoan mereka kadang membuat kita butuh ektra kesabaran menghadapi anak-anak pada fase ini ya. Yuk ah kita sharing di kolom komentar, bagaimana menurut Sahabat Umma fase Parenting ini! 

4 komentar

  1. MasyaAllah....lengkap sekali. Setelah membaca ini, ternyata mendidik anak memang perlu bekal ilmu yang cukup. Apalagi jaman sekarang anak-anak terlalu pintar, kalau sampai salah mendidik bisa berbahaya..Hmm..

    BalasHapus
  2. Baru tau kalau istilah remaja dalam Islam tidak ada. Bisa dikatakan usia segitu di Islam sudah menjelang dewasa dan memiliki akal ya ummi. Memang was-was juga memiliki anak usia 9-14 tahun harus dibimbing dengan baik karena rentan terjerumus hal-hal yg kurang baik.

    BalasHapus
  3. Pas banget butuh referensi buat mendampingi anak puberku yg mulai jerawatan dan perhatian sama penampilan.

    BalasHapus
  4. Pendidikan anak sekarang lebih menantang ya. Harus betul-betul mendampingi, terutama di masa pubertas.

    BalasHapus